Biografi Sultan Alauddin
| Link | Daftar Email | Buku Tamu | Pejabat IAIN | Kalender Akademik | Aktifitas |
D. Biografi Sultan Alauddin

SULTAN ALAUDDIN, demikian gelamya yang cukup populer di seantero persada Nusantara. Nama sebenamya adalah I Manga'rangi Daeng Manrabbia. Setelah wafat, ia diberi gelar kehormatan "Tumenanga Rigaukanna" (yang beradu pada pengabdiannya ).

la lahir tahun 1558 dan wafat 15 Juni 1639. Ayahnya bemama Karaeng Tunijallo. Ibunya adalah saudara tiri Raja Tallo, Sultan Awwalul Islam. Sultan Alauddin adalah penguasa Islam pertama di Gowa.

Menurut Buku Harlan Raja-raja Gowa dan Tallo yaitu Lontara Bilang, ia masuk Islam pada harl Jum'at 22 September 1603.M yang bertepatan dengan 2 Jumadil Awal 1015. Sedang para Orlentalis seperti Raffles, Van Solt dan Speelman berpendapat sama dengan Buku Harlan Raja-Raja Tallo dan Gowa yang disebut di atas. Crawford dan Matthes mengemukakan tahun 1605.M/1014.H berdasarkan sumber lain, Kronik Tallo.



Sultan Alauddin adalah Raja Gowa yang ke 14 ia adalah ayah tirl Sultan Malik Assaid dan kakek darl Sultan Hasanuddin yang terkenal dengan gelar "Ayam Jantan Darl Timur" Nama Alauddin diberlkan kepadanya setelah ia diislamkanoleh Abdul Makmur Kllatib Tunggal bergelar Datok Ribandang, salah seorang dari tiga penyebar Agama Islam di Sulawesi Selatan yang berasal dari Minangkabau. Pengislaman Sultan Alauddin bersamaan dengan pengislaman Raja Tallo dan juga menjadi Mangkubumi (Perdana Menteri) Kerajaan Gowa, yaitu I Mallingkaang Daeng Nyonri, yang digelari " Karaeng Katangka" dengan nama Islam Sultan Abdullah Awwal Al-Islam.



Setelah Sultan Alauddin dan Mangkubuminya memeluk Islam, teIjadi konvensi secara besar-besaran yang ke dalam Islam Hal ini disebabkan karena Suhan Alauddin mengeluarkan Dekrit 9 Nopember 1607 yang berisi pemyataan bahwa Islam menjadi agama kerajaan Gowa dan Tallo. Seluruh rakyat yang bemaung di bawah kerajaan harus menerima Islam sebagai agamanya.

Di samping mengislamkan seluruh rakyatnya. Sultan Alauddin juga berusaha menyebarkan Islam ke Kerajaan-kerajaan tetangganya. Usaha ini dilakukannya berdasarkan suatu konvensi di kalangan Raja-Raja Bugis Makassar yang berbunyi "Barang siapa menemukan jalan yang lebih baik, maka hendaknya ia menyampaikan kepada orang lain".

Ajakannya diterima baik oleh sebahagian Kerajaan kecil di Sulawesi Selatan, namun ditolak oleh tiga kerajaan Bugis, yaitu Kerajaan Bone, Soppeng dan Wajo yang terkait oleh Aliansi "Tellumpoccoe" Penolakan itu tidak didiamkan oleh Sultan Alauddin. la melancarkan perang. Mereka yang menolak ajakannya disebut sebagai musuh Islam (Musuna Sellengnge ). Perang pengislaman terhadap tiga Kerajaan tersebut dilakukannya pada tahun 1607. Perang tersebut dinamakan Perang Tamappalo. Sultan Alauddin berhasil mengislamkan Kerajaan Soppeng pada Tahun 160~, Wajo Tahun 1610, dan terakhir Kerajaan Bone pada Tahun 1611. Dengan masuknya Kerajaan Bone ke dalam Islam, maka sebahagian besar wilayah Sulawesi Selatan telah memeluk Islam, kecuali Tanah Toraja.

Pada Tahun 1626, Sultan Alauddin melanjutkan penyebaran Islam dan perluasan pengaruhnya ke Buton, Dompu (Sumbawa) dan Kengkelu (Tambora, Sumbawa). Pada Tahun 1633, ia menerima pemyataan tunduk dari utusan Kerajaan Bima (Sumbawa) Tanggal 9 Agustus 1934 ia meletakkan batu pertama pendirian benteng Ujungpandang yang terkenal dengan Nama "BENTENG Rotterdam" Tahun 1638 ia menerima penyerahan daerah Mandar dari orang-orang Gorontalo.

Perjuangan Su1tan Alauddin demikian mulia. la lalui dengan perjuangan yang demikian beratnya. la berhasil mengislamkan hampir seluruh wilayah Su1awesi Selatan bahkan daerah-daerah sekitamya. Kini ia telah tiada, ia wafat dalam usia 50 Tahun. Sebagai pelanjut perjuangannya, tampil peteranya I Mannuntungi Daeng Mattola Karaeng Ujung alias Karaeng Lakiung yang bergelar Sultan Malik Assaid yang melanjutkan pengembangan Islam ke Bima, Kutai, Gorontalo dan Buton.

Sebagai seorang pahlawan, pejuang, serta penegak Risalah Islam, narna Sultan Alauddin tak dapat diabaikan begitu saja. La patut dihorrnati dan diteladani, utarnanya dalam mengemban missi Risalah Islam Dan karena itulah namanya diabadikan menjadi salah satu IAIN yang terbesar di antara 14 IAIN yang ada di Indonesia, itulah IAIN Alauddin yang hari ini kita peringati Dies Natalisnya yang ke-30 (Lustrum IV).